Bhagavad Gita:
Dialog Kehidupan, Kebijakan AbadiGītā adalah Dialog Kehidupan… dan, Hidup adalah Misteri Terbesar – Gītā mewakili misteri itu. Gītā tidak menyempitkan diri bagi dan untuk kelompok, penganut kepercayaan, atau masyarakat tertentu. Gītā seterbuka hidup ini sendiri.
Gītā mewakili Sanātana Dharma – Kebijakan Abadi – yang tidak bisa dijadikan monopoli salah satu golongan atau kelompok manusia. Kebijakan Abadi ini terlalu tinggi, terlalu luas, terlalu besar, dan terlalu dalam untuk dipenjarakan dalam salah satu sel kepercayaan buatan manusia.
Daftar Isi
Saya sering, bahkan sudah lima kali membaca kitab Bhagavad-Gītā dari A sampai Z. Saya kagum di situ Saudara-Saudara, Bhagavad-Gītā ternyata bukan kitab klenik. Ternyata bukan kitab untuk duduk di dalam kamar bersemadi hanutupi babahan howo songo hamandeng pucuk ing grono. Tidak Saudara-saudara. Tetapi Bhagavad-Gītā adalah dalam bahasa asing “Evangelie van De Daad” – Gītā adalah nyanyian perbuatan, nyanyian amal, nyanyian fi’il.
Ketika saya membaca Bhagavad-Gītā dan merenungkan bagaimana Tuhan menciptakan alam semesta, segala sesuatu yang lain menjadi sangat tidak berarti.
Setiap kali keraguan menghantui diriku, setiap kali kekecewaan menatap wajahku, dan aku tidak melihat setitik pun terang harapan, aku berpaling pada Bhagavad-Gītā dan menemukan ayat yang dapat menghiburku, dan langsung saja di tengah duka sepedih apa pun, aku tersenyum kembali. Mereka yang melakukan perenungan terhadap Gītā akan selalu menemukan makna baru dan keceriaan baru setiap hari.
(Ajaran Gītā tentang Berkarya tanpa Pamrih) adalah dasar serta penggerak bagi kemajuan dalam hidup saya. Seluruh dunia saat ini sangat membutuhkan para pemimpin-pelayan yang (tidak hanya) mengasihi Tuhan, tapi juga melayani sesama demi kebaikan seluruh dunia.
Bahwasanya manusia ibarat pohon yang terbalik (akarnya di atas dan ranting-rantingnya di bawah) merupakan pendapat umum di masa lalu. Terkait dengan konsep yang ada dalam Veda ini, Plato menjelaskannya dalam Timaeus di mana ia mengatakan… ”Lihat, kita bukanlah tanaman duniawi, tetapi tumbuhan surgawi.” Hal ini menjadi sangat jelas dengan apa yang dikatakan oleh Kṛṣṇa dalam Bab Kelimabelas Bhagavad-Gītā.
Bhagavad-Gītā memberi landasan spiritual bagi keberadaan umat manusia. Ia adalah panggilan (bagi seluruh umat manusia) untuk berkarya dan menunaikan kewajibannya di dunia dengan tetap memperhatikan tujuan spiritual semesta yang jauh lebih penting dan mulia.
Saya berhutang pada Bhagavad-Gītā…. Membaca buku awal peradaban manusia itu, saya seolah mendengar sebuah pesan dari kerajaan di masa lalu – kerajaan yang besar tapi tenang dan damai… Pesan yang disampaikan di masa lalu itu masih mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan masa kini.
Kehebatan Bhagavad-Gītā terletak pada kemampuannya untuk menjelaskan kebijakan hidup dengan sangat indah, sehingga filsafat pun berbunga menjadi kepercayaan (yang hidup).
Cara untuk menggapai kesempurnaan hidup dengan bekerja tanpa pamrih – itulah yang dijelaskan oleh Krishna dalam Bhagavad-Gītā.
Untuk memahami pesan Bhagavad-Gītā yang begitu mulia dan halus, jiwa kita harus berada pada gelombang yang sama dengannya.
Bhagavad-Gītā menjelaskan evolusi batin manusia dengan sangat jelas dan sistematis, evolusi batin yang dapat mengangkat derajat manusia. Ia adalah intisari dari filsafat perenial yang paling jelas dan lengkap; karena itu, ia penting bagi seluruh umat manusia, bukan bagi India saja.
Kitab Bhagavad-Gītā ini boleh dipandang sebagai riwayat kehidupan Korawa dan Pandawa, atau perjalanan manusia menuju ke arah Sempurna. Sebagai ilmu, kitab Bhagavad-Gītā menguraikan perjalanan kalbu manusia menuju ke arah Kesempurnaan. Di situlah terjadi pertempuran antara Jiwa dengan Keangkaramurkaannya.